Tetap Nyaman Pakai Secondhand, Ini Tips Aman Membeli Baju Thrifting untuk Si Kecil

Membeli pakaian preloved/secondhand bisa jadi pilihan cerdas jika parents tahu tips aman membeli baju thrifting untuk si kecil. Selain lebih hemat, unik, serta ramah lingkungan, kita juga mungkin menemukan ‘baju-baju branded’ yang harganya bisa sangat mahal jika membeli baru.

Meski demikian, jangan sampai pakaian preloved malah menjadi sumber masalah kesehatan atau ketidaknyamanan. Dengan tips membeli baju thrifting yang tepat, parents bisa mendapat pakaian yang bukan hanya murah tapi juga aman, nyaman, dan tetap stylish untuk buah hati. Yuk intip tips-tipsnya berikut ini!

Kenapa Thrifting Anak Bisa Jadi Pilihan Bagus?

Beberapa orang enggan membeli baju bekas karena mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan. Padahal, ada banyak keuntungan menggunakan baju secondhand. Sebelum ke tips, ini beberapa alasan mengapa thrifting jadi opsi menarik:

  • Hemat biaya: pakaian preloved biasanya jauh lebih murah dan bisa didapat dalam kondisi yang masih layak pakai.
  • Unik dan berkarakter: baju bekas kadang punya motif atau model yang tidak umum, memberi sentuhan khas.
  • Ramah lingkungan: memperpanjang umur pakaian berarti mengurangi limbah tekstil dan konsumsi sumber daya baru.

Sebuah studi dari Romania tentang konsumen pakaian berkelanjutan menunjukkan bahwa kesadaran lingkungan dan nilai sosial mendorong orang memilih pakaian secondhand atau baju yang dapat dipakai lama. Meski demikian, orangtua perlu cermat memilih agar tidak salah beli.

Tips #1: Periksa Kebersihan

Pakaian preloved bisa jadi menyimpan bakteri, jamur, sisa keringat, parfum, atau zat pewangi/pengawet sebelumnya. Studi dari MedicalXpress menyebutkan bahwa pakaian bekas yang dijual bisa mengandung patogen seperti Staphylococcus aureus, E. coli, dan jamur. Mereka bahkan dapat bertahan di kain selama berminggu-minggu jika disimpan dalam kondisi lembap.

Jadi, yang perlu dilakukan:

  • Selalu cuci pakaian preloved sebelum dipakai, gunakan air hangat sesuai label.
  • Jika label tak ada atau bahan tidak jelas, rendam dulu dalam deterjen antibakteri.
  • Jemur di sinar matahari langsung jika memungkinkan, karena sinar UV membantu membunuh mikroba.

Mengingat kondisi kulit anak lebih sensitif daripada orang dewasa, memastikan kebersihan pakaian sangat penting, demi menghindarkan dari kemungkinan terserang penyakit kulit.

Tips #2: Awasi Residu Kimia dan Bahan Berbahaya

Pakaian bekas/impor bisa punya residu bahan kimia dari pewarna atau finishing seperti formaldehyde, yang menyebabkan iritasi kulit, alergi, atau gangguan pernapasan. Contohnya, sebuah laporan dari Fibre2Fashion menyebut bahwa lebih dari setengah pakaian anak impor dari satu wilayah tidak memenuhi standar keamanan-kimia, terutama formaldehyde yang terlalu tinggi.

Apa yang bisa dicek:

  • Periksa label bahan dan pastikan tidak ada “finish permanent press” atau pewarnaan “non-colorfast” yang bisa mudah luntur.
  • Apakah pakaian memiliki bau kimia tajam atau efek ‘kaku’ yang menunjukkan finishing formaldehyde.
  • Pilih bahan alami jika memungkinkan: katun, katun organik, bahan yang certified OEKO-TEX jika ada.

Tips #3: Perhatikan Kondisi Fisik Pakaian

Meski harganya murah, kondisi fisik pakaian preloved menentukan apakah tetap nyaman dan awet. Karenanya, cek apakah ada robekan, jahitan terbuka, kancing hilang, resleting tidak berfungsi.

Selain itu, periksa bagian yang sering aus, yaitu lutut, siku, bagian bawah lengan, atau area bawah pakaian. Lihat juga warna dan motifnya, apakah warnanya masih cerah atau sudah pudar dan mengelupas. Pudar mungkin tidak masalah, tapi jika motif pecah atau melekat bisa menimbulkan iritasi.

Tips #4: Ukuran dan Kesesuaian

Karena anak tumbuh cepat, memilih ukuran pakaian preloved kadang sedikit tricky. Pastikan memilih ukuran sedikit longgar agar pakaian bisa dipakai lebih lama. Cek panjang lengan, panjang badan, lebar bahu, bukan hanya angka usia di label. Modelnya juga harus memungkinkan anak bergerak bebas, dengan potongan longgar di lutut dan siku, elastisitas di pinggang dan bahu jika memungkinkan.

Tips #5: Desain dan Fungsionalitas

Selain kondisi dan bahan, desain memengaruhi kenyamanan penggunaan. Hindari dekorasi yang terlalu berat atau detail seperti pita, manik, hiasan renda yang mudah copot atau bisa mengganggu.

Selain itu periksa juga label dalam pakaian. Kalau label jahitan keras, bisa mengiritasi leher. Karenanya, pilih pakaian dengan label print atau tanpa label di bagian leher. Kancing, resleting, dan bagian leher harus cukup lebar agar mudah dipakai dan dilepas sendiri oleh anak.

Tips #6: Penanganan & Perawatan Setelah Membeli

Pakaian preloved bukan selesai setelah dibeli. Masih ada proses setelah supaya aman dan nyaman, antara lain:

  • Cuci terpisah pertama kali, gunakan deterjen yang lembut tanpa pewangi kuat.
  • Gunakan pengering panas jika bahan mendukung, atau setrika dengan uap agar mikroba mati.
  • Simpan pakaian di tempat yang tidak lembap supaya tidak muncul bau jamur atau bakteri.

Beberapa baju bekas memang sudah dicuci sebelum dijual kembali. Meski demikian, tidak ada salahnya melakukan Tindakan antisipasi karena kita tidak tahu kontaminan apa saja yang sudah mengenai baju tersebut selama berada di tangan penjual.

Tips #7: Nilai Tambah Sustainability

Walau bukan fokus utama, aspek keberlanjutan jadi bonus besar. Memilih pakaian preloved memperpanjang umur pakaian dan mengurangi limbah tekstil. Untungnya, saat ini bahwa banyak konsumen punya motivasi lingkungan ketika memilih pakaian yang tahan lama atau preloved.

Belanja pakaian preloved juga membantu menghemat energi dan sumber daya dibanding produksi pakaian baru yang memerlukan air, pewarna, dan proses manufaktur berat. Kalau ada pakaian preloved bagus tapi ada kerusakan kecil, coba diperbaiki (kancing diganti, jahitan diperkuat) agar tetap bisa dipakai.

Tips #8: Hindari Risiko Umum

Selain memperhatikan tips-tips di atas, pastikan orangtua tidak melakukan kesalahan-kesalahan saat membeli baju thrifting. Beberapa kesalahan yang sering dilakukan orang tua saat thrifting dan harus dihindari antara lain:

  • Membeli barang karena murah tanpa cek kondisi; akhirnya banyak pakaian tidak dipakai.
  • Tidak mencuci atau menyetrika setelah membeli sehingga terjadi banyak kasus infeksi kulit atau alergi karena pakaian bekas belum bersih.
  • Mengabaikan bahan kimia finishing: pakaian kecil bisa tetap melepas formaldehyde atau pewangi kuat.
  • Tidak mempertimbangkan sensitivitas kulit anak: untuk anak sangat sensitif (eksim, alergi kulit) harus ekstra hati-hati.

Thrifting bisa jadi cara cerdas dan ramah lingkungan untuk melengkapi lemari si kecil jika dilakukan dengan cermat. Dengan menerapkan tips membeli baju thrifting di atas, kita bisa mendapatkan pakaian bekas yang tidak hanya murah tapi juga nyaman, aman, dan tetap bergaya.

Jadi saat berburu preloved, jangan cuma lihat harganya atau motifnya. Gunakan mata teliti, tangan cek kondisi, dan sedikit waktu ekstra untuk mencuci & menyetrika agar setiap pakaian yang masuk k lemari jadi pilihan yang mendukung kenyamanan dan kesehatan anak.

References:

Share your love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CAPTCHA