Kebanyakan orangtua menilai pakaian anak hanya berdasarkan fungsi dasar, yaitu menutupi tubuh, melindungi dari cuaca, atau agar kelihatan lucu. Padahal, berdasarkan sebuah penelitian yang diunggah di laman Jurnal UNNES, pilihan outfit ternyata punya dampak psikologis nyata terhadap suasana hati, kepercayaan diri, bahkan interaksi sosial anak.
Sebuah riset lokal di TK Al Azzam, Semarang melakukan penelitian terhadap anak-anak usia 5–6 tahun yang mengikuti aktivitas fashion show. Uniknya, mereka yang berjalan di depan teman-temannya sambil memakai pakaian mereka sendiri ternyata menunjukkan peningkatan kepercayaan diri dari ~35% menjadi ~82% setelah ikut fashion show.
Riset lain dari Korea, melansir Korea Science, membahas bagaimana perilaku memakai pakaian (clothing behavior) yang nyaman, bersih, dan sesuai juga terkait erat dengan peningkatan self-esteem pada anak. Anak-anak lebih puas dengan penampilan mereka ketika pakaian mereka rapi, nyaman, dan sesuai keinginan mereka sendiri.
Dengan kata lain, pilihan baju ternyata sangat penting bagi anak. Dengan memahami psikologi fashion anak, orang tua dan desainer bisa memakai pakaian sebagai alat positif untuk perkembangan anak, bukan sekadar soal gaya, tapi juga rasa dihargai, kesejahteraan emosional, dan kemampuan anak untuk berinteraksi sosial dengan percaya diri. Yuk simak penjelasan lengkapnya!
Enclothed Cognition: Memahami Efek Outfit ke Mood dan Cara Pandang Diri
Enclothed cognition adalah konsep psikologi yang menyatakan bahwa pakaian bukan hanya benda pasif, melainkan memiliki makna simbolis, yang ketika dikenakan, memengaruhi pikiran dan perilaku pemakainya. Meski sebagian besar penelitian dilakukan pada orang dewasa, prinsipnya ternyata juga relevan untuk anak-anak.
Contohnya ketika anak memakai pakaian yang dia suka, misalnya kaos karakter favorit atau warna yang ia pilih sendiri, dia merasa “menjadi dirinya sendiri”, sehingga jadi lebih percaya diri. Sebaliknya jika pakaian itu terlalu ketat, bahan kasar, atau modelnya tidak nyaman, anak bisa merasa risih, sering menarik-tarik lengan, terganggu, dan mood-nya juga cepat berubah.
Sebuah laporan dari Tiny Bunnies Baby Clothing menyebut bahwa kenyamanan pakaian, misalnya baju dengan tekstur lembut, ukuran yang pas, atau bahan yang menyerap kelembapan, berdampak langsung ke mood anak. Pakaian yang nyaman membuat anak menjadi lebih tenang, mampu fokus bermain atau belajar, dan lebih antusias dalam interaksi sosial. Sebaliknya pakaian yang tidak nyaman bisa mengganggu aktivitas, memicu agitasi, atau bahkan rasa malu.
Kenapa Outfit Bisa Mempengaruhi Kepercayaan Diri Anak?
Lalu bagaimana pakaian bisa berdampak pada kondisi psikologis anak? Bagaimana pula outfit bisa mendukung tumbuh kembang mereka? Ada beberapa mekanisme psikologis di balik bagaimana pakaian membentuk rasa percaya diri anak:
1. Rasa nyaman dan cocok secara fisik dan emosional
Jika bahan pakaian lembut, tidak ada jahitan yang menggores, dan ukuran pas, anak merasa nyaman. Kenyamanan ini membuat mereka lebih fokus ke aktivitas, tidak terganggu oleh rasa gatal atau gerah. Rasa nyaman itu penting agar anak tidak merasa “tidak enak” dengan tubuhnya sendiri.
2. Identitas & Ekspresi Diri
Anak-anak berkembang dalam proses menemukan siapa diri mereka. Outfit memberi peluang bagi mereka untuk bereksperimen: warna favorit, motif karakter, gaya pakaian. Kenapa mereka suka motif kartun, superhero, atau warna cerah? Karena itu memberi mereka kontrol dan identitas yang bisa mereka tunjukkan ke teman, guru, dan lingkungannya.
3. Persepsi Sosial & Interaksi
Seseorang memandang seorang anak salah satunya berdasarkan bagaimana ia berpakaian. Misalnya, anak yang berpakaian rapi atau sesuatu yang dianggap “modis” seringkali dipandang lebih “terawat”, “teratur” atau “bertanggung jawab” oleh teman atau guru. Riset Modelling Children’s Choice Decisions of Clothing menegaskan bahwa kesadaran akan kepercayaan diri dan bagaimana pakaian diterima di lingkungan sosial mempengaruhi pilihan pakaian anak-anak.
4. Rasa control
Bila anak diberi kesempatan memilih outfit sendiri (dengan bantuan orang tua), ini memberi mereka rasa kontrol. Kontrol itu penting untuk kepercayaan diri, karena mereka merasa suara mereka didengar dan preferensi mereka dihargai.
Keterkaitan Antara Outfit, Emosi & Aktivitas
Fashion tidak hanya berpengaruh ketika keluar rumah, tapi juga dalam aktivitas sehari-hari anak. Berikut gambaran keterkaitannya:
1. Suasana hati dan keinginan untuk terlibat dalam kegiatan
Pakaian nyaman membuat anak lebih mudah bergerak, lebih antusias ikut permainan, eksplorasi, dan belajar. Jika pakaian terlalu keras, gatal, atau modelnya tidak cocok (terlalu berat, terlalu ketat), anak bisa jadi rewel, malas bergerak, ataupun menarik diri.
2. Perilaku di kelas atau kelompok
Anak yang merasa nyaman dan percaya diri dengan pakaiannya lebih mungkin mengangkat tangan, ikut bermain, berani berbicara dengan teman-temannya. Sebaliknya, pakaian yang tidak cocok sering kali menjadi pengalih perhatian, sehingga anak lebih fokus pada ketidaknyamanan daripada pelajaran atau permainan.
3. Efek konsentrasi dan aktivitas belajar
Ada hubungan antara pakaian dan atmosfir mental: memakai pakaian “serius” atau pakaian yang disukai anak bisa membantu shift mental dari “waktu santai” ke “waktu aktivitas / pembelajaran”. Misalnya, bedanya antara memakai piyama dengan pakaian siang yang nyaman dan rapi. Meskipun keduanya santai, ada aspek psikologis bahwa pakaian siang memberi sinyal bahwa “sekarang waktunya untuk melakukan hal-hal yang aktif”.
Bagaimana Outfit Mempengaruhi Cara Anak Diterima dalam Lingkungan Sosial?
Pakaian nyatanya tidak hanya berdampak pada mood, namun juga cara mereka berinteraksi dengan sekitar. Selain itu, fashion juga menjadi penentu apakah mereka akan diterima oleh publik. Berikut hubungannya:
1. Kesamaan peer group
Anak-anak biasanya ingin “fit in” dengan teman-teman mereka. Jika outfit mereka berbeda terlalu jauh dari norma kelompok (warna, motif, gaya), bisa jadi mereka merasa kurang cocok. Sebaliknya, pakaian yang sesuai standar sosial di sekolah atau grup teman bisa membantu anak merasa diterima dan percaya diri.
2. Pertimbangan norma dan konteks lingkungan
Sekolah dan taman kanak-kanak punya norma tersendiri, salah satunya tentang bagaimana berpakaian dianggap pantas atau biasa. Anak yang datang memakai pakaian yang dianggap “terlalu kasual” atau “terlalu mencolok” mungkin mendapat perhatian berbeda. Karenanya, orang tua sebaiknya bisa mengajarkan anak tentang konteks, mana baju untuk bermain, untuk sekolah, untuk acara resmi, sehingga anak belajar adaptasi dan tetap merasa nyaman.
3. Risiko diskriminasi atau ejekan
Anak bisa mendapat ejekan, komentar, atau bahkan bullying ringan jika pakaian mereka dianggap “aneh” atau berbeda. Ini bisa mempengaruhi kepercayaan diri anak jika tidak dikelola dengan dukungan positif.
Tips Memilih Outfit yang Membangun Kepercayaan Diri Anak
Berikut beberapa tips praktis agar outfit mendukung psikologi fashion anak yang positif:
- Libatkan anak dalam memilih pakaian: Berikan pilihan warna, motif, dan gaya, untuk memberi mereka kontrol dan rasa bangga dengan pilihannya.
- Utamakan kenyamanan dan bahan yang cocok: Pilih bahan lembut, breathable, ukuran yang pas, jahitan yang halus agar anak bisa bergerak bebas dan tidak terganggu.
- Sesuaikan dengan situasi: Pakaian untuk sekolah, bermain, atau acara keluarga perlu berbeda. Outfit yang sesuai membuat anak merasa siap dan percaya diri di setiap situasi.
- Gunakan eksperimen kecil lewat kombinasi gaya: Biarkan anak mencoba mix & match, aksesori kecil, layering, agar mereka belajar menemukan gaya yang membuat mereka merasa baik.
Pakaian bukan sekadar penutup tubuh, namun juga menjadi bahasa non-verbal anak dalam menyatakan siapa mereka, apa yang mereka suka, dan bagaimana mereka ingin dilihat oleh dunia. Dengan memperhatikan psikologi fashion anak, orang tua dan desainer bisa mencipta pilihan outfit yang bukan hanya estetik, tapi juga mendukung perkembangan emosional, kepercayaan diri, dan keterampilan sosial anak.
References:
- https://tinybunniesbabyclothing.com/the-emotional-and-behavioral-impact-of-childrens-clothing/
- https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/belia/article/view/37092?
- https://www.koreascience.or.kr/article/JAKO201334065044606.page
- https://www.emerald.com/jfmm/article-abstract/12/3/415/208191/Modelling-children-s-choice-decisions-of-clothing