7 Tips Pilih Deterjen Ramah Lingkungan yang Aman untuk Kulit Anak

Ada yang tahu kenapa orangtua disarankan menggunakan deterjen ramah lingkungan saat mencuci baju anak? Faktanya, tubuh anak-anak memang sangat rentan dan mudah terkontaminasi bibit penyakit dari manapun. Salah satu yang berkontribusi besar mengancam kesehatan mereka adalah penggunaan bahan-bahan kimia dalam produk rumah tangga, termasuk salah satunya deterjen.

Menurut studi dari Environmental Health Perspectives, kadar triclosan yang tinggi, meski dianggap lazim di dalam produk sabun, berkaitan dengan peningkatan eksim dan alergi pernapasan pada anak hingga usia 12 tahun. Selain itu, riset dari Allergy (2023) menunjukkan bahwa deterjen rumah tangga bisa melemahkan penghalang kulit dan meningkatkan risiko inflamasi.

Selain itu, kulit bayi dan anak sangat tipis dibandingkan dengan orang dewasa, sehingga lebih rentan reaksi iritasi. Hal ini akan bertambah parah jika orangtua menggunakan detergen berbahan kimia keras bisa memperparah kondisi seperti eksim. Karenanya, sangat penting menggunakan deterjen ramah lingkungan yang umumnya terbuat dari bahan-bahan lembut, sehingga ramah pula untuk kulit si kecil.

Sayangnya, memilih deterjen ramah lingkungan bukan tugas yang mudah. Orangtua harus memiliki pemahaman yang memadai untuk membedakan mana bahan yang aman dan mana yang tidak cocok untuk kulit anak. Agar tidak salah langkah, yuk simak ciri-ciri deterjen ramah lingkungan berikut ini:

1. Bebas Fosfat & Surfaktan Berbahaya

Fosfat banyak digunakan untuk membuat deterjen karena lebih efektif karena bisa melembutkan air keras. Namun setelah dibuang, fosfat tersebut mencemari air, sekaligus memicu ledakan pertumbuhan alga secara berlebihan (algal blooms) di sungai, danau, atau laut. Tumbuhnya alga ini menyerap oksigen dalam air, sehingga ikan dan biota lain kesulitan bernapas dan banyak yang mati. Proses degradasi alga akhirnya juga mencemari ekosistem perairan secara menyeluruh.

Di sisi lain, surfaktan agresif seperti SLS/SDS bisa merusak penghalang kulit dan memicu kondisi dermatitis. Meskipun fosfat sendiri tidak langsung menyebabkan iritasi kulit, penggunaan deterjen yang mengandung fosfat sering kali disertai dengan bahan kimia lain (seperti surfaktan keras). Kombinasi ini bisa merusak lapisan pelindung alami kulit, menyebabkan iritasi atau memperparah kondisi eksim, terutama pada kulit bayi yang lebih tipis dan sensitif.

2. Minim Busa Sehingga Hemat Air & Mudah Dibilas

Mencuci dengan banyak busa memang menyenangkan dan membuat kita merasa baju jadi lebih bersih. Padahal, deterjen eco-friendly biasanya menghasilkan busa minim, sehingga membuat proses pembilasan lebih cepat dan efisien, sekaligus menghemat air. Buang-buang busa hanya bikin iritasi dan residu lebih mudah menempel di kain. Selain itu, busa yang tertinggal

3. Tanpa Pewangi dan Pewarna Sintetis

Bahan pewangi seperti limonene, benzyl acetate, maupun pewarna sintetis rentan memicu reaksi alergi, terutama pada kulit bayi yang sensitif. Untuk mencegah masalah pada kulit dan kesehatan anak, lebih baik pilih deterjen dengan ekstrak tumbuhan alami, enzim ringan, atau justru varian tanpa pewangi sama sekali.

Dermatolog menemukan bahwa deterjen sering kali meninggalkan residu pewangi dan pewarna di serat kain. Zat-zat ini termasuk dalam kelompok alergen, terutama seperti MI (Methylchloroisothiazolinone), yang umum dipakai sebagai pengawet. Terpapar bahan ini bisa memicu dermatitis kontak alergi atau iritan, sehingga menyebabkan gatal-gatal, ruam merah, hingga kulit bersisik.

Menurut Hello Sehat, pewarna sintetis dan pewangi dalam deterjen sering menjadi pemicu pertama alergi di area yang banyak berkeringat, seperti ketiak atau selangkangan, bahkan meski pemakaian hanya satu kali saja

4. Biodegradable & Kemasan Ramah Lingkungan

Pastikan deterjennya biodegradable agar tidak mencemari air dan tanah. Selain itu, dukung keberlanjutan dengan memilih kemasan refillable atau yang bisa didaur ulang supaya jejak plastik jadi minimal.

5. Cari Label Resmi

Banyak produk mengklaim “hijau”, tapi belum tentu ramah lingkungan sungguhan. Pilih produk dengan sertifikasi seperti EcoLogo, Green Seal, atau minimal hypoallergenic dan diuji secara klinis agar kita terhindar dari “greenwashing”.

6. Formula Hypoallergenic untuk Kulit Sensitif

Pilih deterjen yang labeled “hypoallergenic”, bebas pewarna dan pewangi. Beberapa rekomendasi terbaik untuk kulit sensitif termasuk All Free Clear, Dreft Pure Gentleness, dan Tide Free & Gentle, semuanya diuji aman oleh ahli dermatologi.

Tapi, penting untuk dicatat bahwa tidak ada definisi atau regulasi resmi yang mengatur penggunaan istilah “hipoalergenik”. Artinya, klaim ini tergantung pada kebijakan tiap merek atau perusahaan. Sebagai contoh, Byrdie menyebut ini lebih sebagai klaim pemasaran, meski memang diperuntukkan untuk kulit sensitif, tidak ada jaminan absolut tidak menyebabkan alergi

7. Gunakan dengan Bijak

Deterjen eco-friendly sering berdaya tinggi, cukup sedikit saja untuk hasil maksimal. Gunakan sesuai petunjuk dan bilas hingga bersih. Idealnya cuci dengan air dingin untuk menjaga kain dan mengurangi konsumsi energi.

Kesalahan Umum yang Sering Tidak Disadari

Sebelum kita bahas poinnya, penting dicatat bahwa banyak orang tua tidak sengaja menggunakan metode mencuci yang malah justru meningkatkan risiko iritasi atau mengurangi manfaat deterjen ramah lingkungan. Berikut beberapa kesalahan yang perlu diperhatikan, agar kita bisa hindari demi kulit sehat dan pakaian tetap awet.

  1. Menggunakan terlalu banyak deterjen
    Justru menyisakan residu yang bisa memicu iritasi, bukan bikin lebih bersih—apalagi untuk kulit anak yang super sensitif.
  2. Mengabaikan label dan sertifikasi
    Banyak produk “ramah lingkungan” hanya klaim tanpa bukti. Tetap periksa sertifikasi nyata agar tidak terjebak produk kurang bermanfaat.
  3. Mencampur pakaian anak dengan dewasa
    Risi campuran parfum atau bahan keras dari baju dewasa bisa menyebar ke pakaian anak, dan menambah risiko iritasi.
  4. Menggunakan pelembut sintetis dan air panas berlebihan
    Pelembut bisa mengurangi daya serap kain dan meninggalkan residu. Panas tinggi juga bisa merusak tekstur kain dan melemahkan serat.

Memilih deterjen ramah lingkungan bukan hanya soal peduli planet, tapi juga bagian dari komitmen menjaga kulit anak tetap sehat dan bebas iritasi. Dengan menghindari bahan keras, memilih formula lembut & bersertifikasi, serta menerapkan cara pakai yang bijak, kita bantu menciptakan lingkungan rumah yang bersih sekaligus penuh kasih sayang.

 

References:

Share your love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CAPTCHA