XSML Fashion

Ragam Teknik DIY Fashion Netral Gender yang Ramah Lingkungan, Yuk Wujudkan Gayamu Sendiri!

Facebook
Twitter
WhatsApp

Industri fashion saat ini dikelilingi oleh dilema serius. Salah satunya disebabkan oleh fast fashion, sebagai tren yang populer dijalani saat ini. Model produksi ini memang berhasil menyuguhkan tren terbaru dengan harga miring, namun di sisi lain juga memberikan dampak yang tidak main-main untuk kelestarian lingkungan.

Industri fashion menjadi salah satu penyumbang terbesar limbah tekstil (92 juta ton per tahun), emisi karbon global, serta pencemaran air dan mikroplastik. Namun di sisi lain, produk fashion yang lebih etis dan berkualitas sering kali dibanderol jauh lebih mahal, membuatnya sulit diakses dalam jangka panjang.

Di sinilah gender-neutral fashion, busana inklusif yang tidak dikaitkan dengan label “pria” atau “wanita”, menjadi salah satu gagasan pembebasan mode. Gaya ini mengedepankan siluet fleksibel (seperti oversized, straight cuts), palet warna netral, dan desain fungsional yang melampaui stereotip gender. Hal ini membuka ruang bagi ekspresi diri yang lebih autentik tanpa batasan identitas gender.

Menariknya, masyarakat bahkan bisa membuat fashion ramah lingkungan ini jadi jauh lebih terjangkau dengan melakukan DIY (Do-It-Yourself). Tidak hanya mampu memangkas biaya dan memperpanjang umur pakaian, DIY membantu menciptakan gaya unik yang mencerminkan kepribadian, tanpa label gender. Yuk simak penjelasan lengkapnya berikut ini!

Kenapa Harus Mencoba DIY Fashion Netral Gender?


DIY (Do-It-Yourself) bukan hanya sebagai langkah natural untuk mewujudkan visi sustainable fashion, namun juga mengubah busana dari sekadar komoditas menjadi ekspresi diri. Melalui DIY, fashion tak lagi tentang konsumsi pasif, melainkan tentang mencipta sendirim dengan biaya lebih rendah, lebih awet, dan unik sesuai selera.

Dalam era fast fashion, DIY (Do-It-Yourself) muncul sebagai strategi proaktif menuju keberlanjutan. Alih-alih membeli baru, DIY mendorong kreativitas dan meminimalisir limbah tekstil, konsisten dengan semangat circular fashion yang mengutamakan reduksi, reuse, dan redesign.

Dengan menciptakan sendiri, DIY juga jadi bentuk craftivism, yaitu kerajinan tangan sebagai ekspresi identitas dan aktivisme personal, termasuk keberpihakan pada inklusivitas gender dalam mode.

Teknik DIY Fashion yang Gender-Neutral

Jika bicara soal DIY fashion, kebanyakan orang mungkin akan langsung membayangkan kain rajutan dengan benang lembut. Namun perlu diketahui bahwa ternyata ada beragam teknik seperti upcycling, patchwork, atau reconstruct, bisa dilakukan siapa saja tanpa harus mahal, sekaligus mengurangi jejak lingkungan (circular fashion). Berikut beberapa di antaranya:

1. Upcycling T-Shirts & Kemeja

Kreasi DIY klasik tapi efektif: t-shirt bisa diubah menjadi tote bag, crop top, atau bahkan kilea (tote tipis). Gunakan teknik potong, jahit, dan tambahkan embellishment seperti bordir atau patch untuk membuatnya menarik..

2. Patchwork & Jana Denim

Tak hanya denim, berbagai kain (jeans lama, bahan bekas) dapat disatukan jadi patchwork jaket, rok, atau tas, di mana visualnya eklektik dan cocok dipakai siapa saja. Teknik ini cocok untuk DIY gender-neutral, menonjolkan karakter tanpa label gender.

3. Reconstructed Clothing

Metode ini melibatkan mendesain ulang pakaian lama menjadi bentuk baru—seperti membuat halter top dari kaos, atau rok dari kemeja. Banyak brand high-end kini juga mengusung reconstructed clothing sebagai statement unik dan sustainable.

4. Jeans Sobek & Kaos Tie-Dye

Mengubah celana jeans lama jadi denim sobek (distressed), atau menerapkan teknik tie-dye pada t-shirt putih, menciptakan estetika DIY unik. Teknik ini mudah diikuti, fleksibel, dan natural untuk gaya gender-neutral yang fun dan ekspresif.

5. Teknik Tanpa Jahit

Tambah patch, renda, atau lukisan kain (fabric paint) bisa menghidupkan pakaian basic. Untuk tanpa jahitan, gunakan fabric glue, yang mudah dikerjakan pemula dan sangat adaptif untuk ide DIY gender-neutral dengan sentuhan personal.

6. Ubah Sweater Jadi Aksesori Rumah

Sweater yang sudah tidak terpakai bisa diolah menjadi sarung bantal, selimut mini, bahkan sarung tangan. Alternatif ini menambah umur pakai sekaligus membuka peluang estetika DIY fungsional dan inklusif.

7. Chaotic Customisation ala Gen Z

Gen Z ramai menyukai “chaotic customisation”, yaitu menempel aksesori custom seperti charms, patch, dan perhiasan unik secara bebas. Ini bukan sekadar fashion, tapi ekspresi penuh kebebasan terhadap gender dan gaya personal.

8. Tenun Plastik dan Craft Lokal

Di Dharavi, Mumbai, komunitas perempuan mengubah plastik bekas menjadi tas atau karpet tenun. Teknik ini merupakan mode DIY inklusif yang memberdayakan sekaligus ramah lingkungan. Teknik serupa bisa diadopsi untuk fashion DIY gender-neutral dengan kekuatan simbolik dan sosial.

9. Crochet (Rajutan)

Crochet adalah teknik merajut kain menggunakan satu kait (hook) dan benang atau serat. Teknik ini berbeda dengan merajut dengan dua jarum alias knitting. Teknik ini menghasilkan kain yang lebih tebal, bertekstur, dan biasanya lebih mudah dikendalikan karena setiap satu rajutan selesai secara mandiri.

Prosesnya sederhana namun sangat fleksibel, memungkinkan pembuatan segalanya: dari aksesori, pakaian, kerajinan rumah, hingga boneka mini (amigurumi). Crochet cocok juga untuk praktik DIY karena hanya membutuhkan sedikit alat, hanya kait dan benang, dan langsung bisa diadaptasi sesuai kreativitas masing-masing

Langkah Praktis Memulai DIY Gender-Neutral

DIY gender-neutral bukan sekadar kerajinan, namun juga bentuk perlawanan terhadap industri mode disposable. Dengan upcycle, reconstructed, patchwork, dan lain-lain, setiap DIY menjadi reduksi konsumsi, memperpanjang umur pakaian, dan menekan jejak karbon (circular fashion). Zero-waste technique seperti meminimalkan potongan sia-sia juga menjadi bagian dari desain ramah lingkungan.

Nah bagi yang masih awam soal DIY fashion netral gender, ada beberapa tips dan langkah yang bisa dilakukan sebagai panduan awal. Berikut poin-poinnya:

  1. Audit wardrobe: pilih pakaian usang yang tak digunakan.
  2. Tentukan proyek: tote bag, patchwork, jaket custom, atau baju unik.
  3. Pilih teknik: sewing, no-sew, distressing, atau embellishment. Pilih sesuai skill yang dikuasai.
  4. Gunakan bahan netral & lokal: Pakai bahan-bahan mudah seperti denim biru, cotton putih, atau bahan bekas. Gunakan benang/kain sisa untuk patchwork.
  5. Ekspresikan identitas: simbol, patch, atau color-block yang tak membatasi gender.
  6. Dokumentasi: foto before-after, laku bagikan di komunitas DIY.

DIY fashion dengan pendekatan gender-neutral membuka dimensi baru dalam sustainable fashion, yaitu membawa kreativitas, inklusivitas, dan tanggung jawab lingkungan dalam satu paket. Apapun langkah dan teknik yang digunakan, hal terpenting adalah informasi diri lewat penciptaan sendiri.

Setiap jahitan, potongan, dan hiasan merefleksikan pelurusan gaya dari konsumerisme ke kesadaran kreatif. Yuk mulai dari langkah sederhana sekarang juga!

 

Reference :

https://greencoast.org/fast-fashion-vs-sustainable-fashion/
https://www.theguardian.com/lifeandstyle/2021/sep/28/sew-it-yourself-inside-the-zero-waste-zero-sweatshop-revolution
https://time.com/6089003/depop-upcycling-fashion/
https://www.vogue.com/article/adiff-open-source-fashion-cookbook-upcycling-diy-fashion-patterns