Industri fashion kini berada di persimpangan krusial. Produksi massal, siklus tren cepat, serta penggunaan bahan sintetis yang sulit terurai berdampak besar terhadap lingkungan. Laporan Apparel Impact Institute, melansir The Wall Street Journal, melaporkan emisi gas rumah kaca sektor pakaian mencapai 944 juta ton metrik pada tahun 2023, di mana jumlanya meningkat sekitar 7,5% dari tahun sebelumnya, terutama karena ketergantungan terhadap polyester virgin. Selain itu, survei global menunjukkan bahwa sekitar 92 juta ton limbah tekstil dihasilkan tiap tahun–banyaknya pakaian yang tak terpakai, dibuang, atau tidak diolah kembali.
Karenanya, mode berkelanjutan (sustainable fashion) selama ini sering dipandang sebagai kompromi antara estetika dan tanggung jawab lingkungan. Dan di tengah tekanan ini, muncul satu peluang besar, yaitu penggunaan teknologi, dan terutama AI, sebagai alat untuk mengubah cara kita mendesain, memproduksi, dan berbelanja fashion.
Dengan data dan algoritma, “sustainable fashion dengan AI” bukan lagi gagasan teori, tapi sebuah gerakan nyata di banyak negara dan bahkan di Indonesia. Lalu bagaimana AI mengubah paradigma fashion yang lebih ramah lingkungan? Apa saja manfaat yang sudah tampak? Simak penjelasannya berikut ini!
Membantu Meminimalkan Limbah Sejak Fase Desain & Produksi
AI dapat digunakan untuk memprediksi tren mode dan permintaan pasar dengan akurasi tinggi. Prediksi ini membantu produsen agar tidak memproduksi terlalu banyak barang yang kemudian tidak terjual, di mana hal ini adalah fenomena klasik dalam industri fast fashion.
Dalam praktik tradisional, brand sering mengalami overproduksi karena salah prediksi tren. Banyak desain dibuat, diproduksi, tapi tak laku. Dengan “sustainable fashion dengan AI”, proses ini bisa diperbaiki. Dalam hal ini, AI membantu memproyeksikan tren berdasarkan data besar konsumen, media sosial, cuaca, hingga perilaku belanja nyata.
Melansir Jurnal KDI, studi Fashion Cerdas: AI dan Masa Depan Industri Mode dari Universitas PGRI Adi Buana Surabaya menyebut bahwa AI membantu dalam prediksi tren, optimalisasi penggunaan bahan baku, dan mengurangi limbah produksi melalui pengurangan desain yang tak diperlukan.
Sementara itu, laporan dari Sahm Capital menunjukkan bahwa brand yang memakai AI untuk demand forecasting mengalami peningkatan akurasi prediksi hingga 85%, penurunan stok berlebih sekitar 50%, dan penghematan biaya penyimpanan (storage) hingga 30%.
Sedangkan statistik dari ZipDo Education Reports 2025 juga menyebut bahwa sekitar 60% startup fashion berkelanjutan menggunakan AI untuk meningkatkan efisiensi desain, dan analisis tren berbasis AI mempercepat siklus pengembangan produk sekitar 20-25%.
Dengan demikian, tahap desain dan produksi menjadi lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan pasar nyata dengan bantuan AI. Limbah dari bahan yang tak terpakai atau stok yang berlebih dapat ditekan jauh lebih rendah daripada sebelumnya. Pendekatan ini adalah fondasi bagi sustainable fashion dengan AI, di mana yang terpenting bukan “apa yang dibuat”, tetapi “apa yang dibuat sesuai permintaan”.
Virtual Fitting dan Try-On yang Lebih Ramah Lingkungan
Belanja daring seringkali dipenuhi risiko, misalnya ukuran yang tidak cocok, tampilan berbeda di layar, akhirnya berujung pada pengembalian barang. Retur bukan hanya mengganggu secara logistik, tetapi juga memperbesar jejak karbon. Namun dengan virtual fitting dan AI try-on, sustainable fashion dengan AI menawarkan solusi, mengurangi kebutuhan fisik untuk mencoba dan memperkecil peluang retur.
Melansir Sahm, beberapa brand global yang memakai teknologi AR dan AI try-on melaporkan pengurangan pengembalian barang hingga 40%, serta peningkatan kepuasan pelanggan. Di Indonesia, meskipun data spesifik masih terbatas, penelitian Fashion Cerdas menunjukkan bahwa konsumen makin tertarik pada fitur visualisasi gaya dan fit digital sebagai salah satu faktor penting dalam keputusan membeli.
Sortir dan Daur Ulang dengan AI Sebagai Pusat Circular Fashion
Setelah pakaian atau tekstil diproduksi, tantangan besar muncul tentang bagaimana menyortir, memisahkan bahan, dan mendaur ulang secara efektif. Di sinilah AI bersama robotika dan computer vision masuk sebagai game changer.
Penelitian Autonomous AI-enabled Industrial Sorting Pipeline for Advanced Textile Recycling, melansir arXiv, memperkenalkan sistem yang menggunakan robot, imaging spektral, dan klasifikasi berbasis AI untuk mengidentifikasi jenis kain dengan lebih cepat dan akurat, mendukung skala daur ulang tekstil yang besar.
Sementara itu, laporan Gitnux: AI in the Fashion Industry Statistics menyebut brand-brand yang memakai AI dalam proses produksi melaporkan penurunan limbah kain hingga 35% dan efisiensi rantai pasok yang lebih tinggi.
Dengan kata lain, AI memungkinkan bahan yang sebelumnya sulit diproses menjadi bahan baku daur ulang, memperkuat prinsip circular fashion. Dengan teknologi sortir otomatis, banyak sisa kain yang bisa dimanfaatkan kembali, bukan dibuang.
Manfaat Sustainable Fashion dengan AI
Ada banyak manfaat konkret terlihat pada brand-brand dan pelaku industri yang sudah mengadopsi AI dalam proses mereka. Manfaat ini tidak hanya dari sisi lingkungan, tapi juga dari segi biaya, produksi, dan hubungan dengan konsumen.
- Pengurangan limbah produksi dan stok berlebih (overproduction).
- Efisiensi sumber daya, misalnya penggunaan bahan, air, energi bisa dikurangi lewat optimasi AI.
- Meningkatkan transparansi, mengingat konsumen sekarang cenderung mempercayai brand yang bisa menunjukkan jejak lingkungan mereka secara nyata.
- Loyalitas pelanggan lebih tinggi untuk merek yang menggunakan AI dan sustainability sebagai nilai jual.
- Inovasi produk dan material: AI membantu riset material ramah lingkungan, simulasi bahan alternatif, dan optimalisasi bahan supaya lebih sedikit terbuang.
Keuntungan-keuntungan ini menunjukkan bahwa sustainable fashion dengan AI bukan sekadar retorika atau gimmick. Produksi yang lebih efisien, biaya operasional yang lebih rendah, serta hubungan yang lebih baik dengan konsumen bisa menjadikan model ini bukan hanya idealis tetapi juga menguntungkan.
Tantangan
Sayangnya, adopsi AI di fashion juga membawa tantangan nyata yang harus diakui agar model ini berjalan baik dan tak melahirkan efek samping yang malah membahayakan lingkungan sendiri.
- Biaya awal (infrastruktur, tenaga ahli, data) masih tinggi.
- Masih ada dampak lingkungan dari AI dan infrastruktur pendukungnya, misalnya data center, pelatihan model besar, dan penggunaan energi tinggi.
- Transparansi dan etika data masih perlu dikembangkan untuk menentukan dengan akurat bagaimana data tubuh, preferensi, dan ukuran digunakan, privasi pengguna dilindungi, dan tidak ada diskriminasi atau bias dalam algoritma.
- Biaya akses dan skala yang perusahaan kecil/UMKM sering kesulitan mengakses teknologi AI karena biaya, kekurangan tenaga ahli, dan kurangnya infrastruktur.
- Risiko greenwashing, di mana banyak pihak bisa memanfaatkan penggunaan label “AI sustainable” tanpa bukti nyata, atau hanya memakai AI sebagai strategi pemasaran tetapi tidak ada pengurangan limbah atau dampak lingkungan yang nyata.
Meski demikian, tantangan ini bukan alasan untuk takut menggunakan AI, melainkan panggilan agar implementasi sustainable fashion dengan AI dilakukan secara bertanggung jawab.
Prediksi Masa Depan
Melihat tren saat ini, beberapa proyeksi menarik muncul. Misalnya, dalam lima tahun ke depan, semakin banyak brand fashion, termasuk UMKM, akan mengintegrasikan sistem AI untuk peramalan permintaan, desain digital, dan analisis data konsumen.
Selain itu, virtual wardrobe atau virtual fitting room akan menjadi fitur standar di e-commerce fashion besar di Indonesia, di mana pelanggan akan makin jarang mengembalikan barang karena ukuran/tampilan tak sesuai. Sementara pengembangan model AI yang lebih ringan dan penggunaan pusat data dengan energi terbarukan akan makin penting untuk menekan jejak karbon dari teknologi itu sendiri.
Meski demikian, diperlukan regulasi dan standar keberlanjutan, misalnya audit lingkungan untuk AI, label “AI sustainable”, serta peraturan tentang penggunaan data pribadi dan transparansi produksi.
Intinya, sustainable fashion dengan AI adalah konsep yang menjanjikan. Dengan AI, mode bisa dibuat lebih efisien, bahan penggunaan lebih optimal, proses produksi dan logistik ramah lingkungan, serta pengalaman belanja yang lebih transparan. Dengan komitmen yang konsisten, Indonesia bisa menjadi bagian dari tren global ini.
Referensi
- https://jurnal.kdi.or.id/index.php/bt/article/view/2242
- https://www.sahmcapital.com/news/content/sustainable-style-how-ai-is-reducing-waste-in-the-fashion-world-2025-03-17
- https://zipdo.co/ai-in-the-sustainable-fashion-industry-statistics/
- https://www.wsj.com/articles/clothing-made-of-cheap-polyester-is-driving-up-fashions-emissions-e11a2e18